WahanaNews-Maluku | Bank Indonesia menyatakan mendukung upaya pengembangan Banda Neira di Pulau Banda, Kabupaten Maluku Tengah menjadi destinasi wisata unggulan di Provinsi Maluku, yang perlu diawali pembuatan peta jalan (road map) pariwisata.
"Perlu ada peta jalan yang jadi acuan, misalkan dalam tiga tahun pariwisata Banda akan seperti apa, dan pada tahun pertama apa yang akan dilakukan," kata Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Maluku Bakti Artanta di talkshow dengan tema pariwisata Banda berkelanjutan yang bekerja sama dengan LKBN Antara di Banda Neira, Sabtu.
Baca Juga:
BI Umumkan Uang pecahan Rp10 Ribu Tahun Emisi 2005 Tidak Berlaku Lagi
Acara tersebut merupakan bagian dari rangkaian kegiatan Ekspedisi Rupiah Berdaulat yang dilaksanakan BI Perwakilan Maluku di wilayah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T) di Provinsi Maluku, berkolaborasi dengan Perum Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) Antara Biro Maluku serta Pangkalan Utama TNI AL (Lantamal) IX Ambon.
Menurut Bakti, pihaknya siap mendukung kegiatan yang dilakukan berbagai komunitas untuk pengembangan pariwisata Pulau Banda terutama setelah pandemi COVID-19 berakhir.
"Terpenting adalah sinergi dan kolaborasi berbagai pihak untuk bersama-sama membangun pariwisata Pulau Banda, termasuk menjaga dan melestarikan berbagai peninggalan sejarah yang ada di kepulauan penghasil rempah-rempah pala, kayu manis dan kenari ini," katanya.
Baca Juga:
Bank Indonesia Sebut Uang Pecahan Rp10 Ribu Tahun Emisi 2005 Tidak Berlaku Lagi
Dia mengajak berbagai komunitas dan pegiat pariwisata untuk bergerak bersama mewujudkan tujuan dan misi utama yakni menjadikan pariwisata Pulau Banda semakin maju serta menjadi destinasi wisata unggulan di Indonesia.
"Kami BI Maluku mendukung karena pariwisata Banda dapat menjadi sumber devisa bagi pemerintah maupun masyarakat Pulau Banda sendiri," katanya.
Bakti mengatakan, kehadirannya bersama jajaran BI di Pulau Banda untuk lebih banyak mendengar dan menerima banyak masukan dan upaya pengembangan Pulau Banda yang akan dilakukan pemerintah dan masyarakat serta pelaku usaha pariwisata, untuk kemudian disuarakan ke pemerintah Pusat.
"Saya punya dua mata dan dua telinga serta satu mulut Artinya saya ingin melihat dan mendengar lebih banyak dan lebih sedikit bicara tetapi memberikan makna ganda bagi pengembangan daerah dan kesejahteraan masyarakat," katanya.
Bakti juga memanfaatkan kesempatan itu untuk mengajak masyarakat di Pulau Banda untuk menukarkan uang yang lusuh maupun rusak dengan uang Rupiah tahun emisi terbaru.
Kegiatan Ekspedisi Rupiah Berdaulat yang dilakukan di Pulau Geser dan Gorom, Kabupaten Seram Bagian Timur serta Pulau Banda, Kabupaten Maluku Tengah, merupakan yang kedua kalinya dilakukan BI dalam tahun 2022 setelah sebelumnya pada Mei 2022
Ekspedisi Rupiah Berdaulat disamping edukasi untuk murid-murid sekolah sekaligus penukaran uang rupiah di pasar Banda.
"Jadi Banda selalu menjadi titik sentral dan kegiatan ini akan terus berlanjut di tahun depan. Sayangnya di sini perbankan terbatas sehingga kami tidak bisa melaksanakan kas titipan untuk lebih memudahkan masyarakat menukarkan uangnya," ujarnya.
Camat Kepulauan Banda Kadir Sarilan mengapresiasi kegiatan BI Perwakilan Maluku berkolaborasi dengan LKBN Antara Biro Maluku Malut di Kepulauan yang kaya objek wisata sejarah peninggalan Abad ke-16 itu.
"Atas nama pemerintah Kecamatan Banda saya menyampaikan terima kasih kepada BI Maluku dan juga Kantor Berita Antara, semoga kehadiran dua lembaga pemerintah ini berdampak terhadap pengembangan pariwisata Banda di masa mendatang.
Dia juga menyampaikan terima kasih dan penghargaan atas bantuan BI serta LKBN Antara kepada komunitas wisata di Pulau Banda, apalagi kegiatan rupiah berdaulat di wilayah itu merupakan kedua kalinya dalam tahun 2022.
"Mudah-mudahan kerja sama ini terus berlanjut demi pengembangan Pulau Banda sebagai wisata unggulan di Maluku dan Indonesia, termasuk pemberitaan positif yang disuarakan LKBN Antara tentang potensi wisata Pulau Banda," katanya.
Kepala LKBN Antara Biro Maluku Febrianto Budi Anggoro mengakui, kehadirannya di banda bersama sebagian besar personel kantor berita Indonesia itu, sekaligus menjawab kerinduannya sejak pertama kali bertugas di Ambon hampir dua tahun lalu.
Diakuinya, masalah klasik terkait pengembangan Pulau Banda sebagai destinasi wisata unggulan yakni adalah konektivitas dari Ambon dan berbagai tempat untuk menjangkau gugusan Kepulauan Banda.
"Jujur saja masalah utama hanya soal transportasi. Akses penerbangan maupun transportasi kapal laut ke Banda secara terjadwal, akan memudahkan wisatawan asing dari berbagai belahan dunia berkunjung ke Pulau Banda," katanya.
Ia mengaku sempat berdialog dengan wisatawan asal Prancis yang sedang berkunjung dengan keluarganya di Banda, dan mereka menanyakan soal jadwal kapal laut yang tidak pasti.
"Keluhan seperti ini berarti permintaan ke Pulau Banda cukup besar, tinggal bagaimana terutama generasi muda serta pemerintah dan pelaku usaha melihatnya sebagai sebuah peluang dan tantangan ke depan untuk menjawab persoalan ini," katanya.
Terkait talkshow yang digelar, mengajak semua pihak untuk berbicara tentang kendala pengembangan pariwisata Banda walaupun itu pahit.
"Bicaralah walaupun pahit, tapi jangan berkelahi, berembuk apa yang bisa dilakukan ke depan untuk kemajuan Banda," ujarnya.[zbr]