WahanaNews - Maluku | PT PLN (Persero) memulai pembangunan mega proyek PLTA Upper Cisokan Pumped Storage (UCPS). Setelah pekerjaan pembangunan jalan akses selesai dikerjakan, saat ini PLTA dengan teknologi Pumped Storage pertama dan terbesar di Indonesia itu resmi memasuki tahap konstruksi.
Groundbreaking PLTA Upper Cisokan Pumped Storage 4x260 MW ini pum ditandai dengan pengoperasian alat berat secara simbolis, Kamis (22/9/2022).
Baca Juga:
Gendeng Indomobil, PLN Icon Plus Siap Kolaborasi Wujudkan Pengembangan Ekosistem Kendaraan Listrik
Menurut Executive Vice President Konstruksi Jawa, Madura, Bali, Maluku, Papua dan Nusa Tenggara PT PLN (Persero), Ratnasari Sjamsuddin, Pemerintah Indonesia berkomitmen menurunkan emisi Gas Rumah Kaca sebesar 29 persen terhadap proyeksi skenario bisnis yang dijalankan secara biasa (business as usual) pada tahun 2030 dan mencapai Net Zero Emission (NZE) pada 2060.
Hal tersebut menjadikan PLN mempunyai peran penting dalam program dekarbonisasi untuk mencapai NZE tahun 2060.
"PLTA Upper Cisokan ini yang pertama dibangun di Indonesia oleh PLN. Proyek ini ditargetkan selesai 2026. Estimasi biayanya Rp 8 triliiun total ada 4 paket project. Ini luas lahan totalnya 700 ha," paparnya.
Baca Juga:
Gendeng Indomobil, PLN Icon Plus Siap Kolaborasi Wujudkan Pengembangan Ekosistem Kendaraan Listrik
Untuk mencapai target NZE pemerintah Indonesia, kata dia, maka PLN berkomitmen untuk mencapai target carbon neutral pada tahun 2060, mencapai energy mix EBT 23 persen pada 2025.
"Serta tidak melakukan penambahan pembangkit berbahan bakar fosil serta melakukan transisi pembangkit batubara ke EBT secara bertahap,” kata Ratnasari.
PLTA Cisokan ini, kata dia, ditargetkan beroperasi pada 2027 ini dilaksanakan melalui kerja sama pendanaan antara PLN dengan pemerintah Indonesia yang diwakili Kementerian Keuangan melalui skema perjanjian penerusan pinjaman atau Subsidiary Loan Agreement (SLA) dimana PLN mendapatkan total pendanaan sebesar USD380 juta dari International Bank for Reconstruction and Development (IBRD) yang merupakan bagian dari World Bank Group.
Selain itu, kata dia, proyek PLTA UCPS juga direncanakan akan didanai oleh Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB) dengan total pendanaan USD230 juta dalam bentuk co-financing dengan World Bank dengan skema serupa. Pengambilan keputusan ini dinilai menjadi langkah yang tepat waktu dan kritikal oleh PLN dalam proses transisi energi.
Hal tersebut dilihat dari tingkat suku bunga yang kompetitif dan tenor yang panjang yaitu 24,5 tahun. Di sisi lain, PLTA ini akan mengurangi ketergantungan dan sensitivitas APBN terhadap gejolak harga komoditas utama, terutama minyak dan gas. Sehingga, koefisien korelasi biaya dengan pergerakan harga minyak dan gas dapat dikurangi.
PLTA UCPS merupakan pembangkit yang tergolong besar dengan kapasitasnya yang mencapai 1.040 Mega Watt (MW). Melalui kapasitas tersebut, PLTA ini akan menjadi PLTA dengan kapasitas terbesar se-Indonesia yang mana status tersebut saat ini dipegang oleh PLTA Cirata dengan kapasitas 1.008 MW. PLTA UCPS ini akan memiliki kontribusi yang besar dalam peningkatan bauran energi bersih.
Pembangkit ini juga, kata dia, akan meningkatkan keandalan sistem kelistrikan Jawa, Madura, Bali dengan meningkatnya cadangan putar (spinning reserve) dan pemulihan dengan cepat jika terjadi blackout sistem kelistrikan Jawa, Madura, Bali.
Selain menjadi yang terbesar, kata dia, PLTA UCPS juga menjadi pembangkit pertama yang menggunakan teknologi Pumped Storage di Indonesia. Memanfaatkan aliran sungai Cisokan, anak sungai Citarum, PLTA ini akan memiliki dua bendungan dengan ketinggian berbeda.
Adapun pembangunan PLTA UCPS ke depannya akan meliputi pembangunan Bendungan atas dan bawah, Power House, Terowongan ( Tunnel), Switchyard, Jaringan Transmisi, serta Access Road sepanjang 33 kilo meter (km) yang telah selesai dikerjakan pada sejak awal tahun 2020 lalu.
Sementara, pembangunan konstruksi utama proyek PLTA UCPS rencananya akan dimulai tahun 2022 ini untuk pekerjaan paket 1, yaitu Lot 1A – Bendungan dan Lot 1B – Waterways.
Berdasarkan rangkaian survei keanekaragaman hayati di sekitar area proyek PLTA UCPS, terdata adanya 36 spesies mamalia darat, 114 spesies burung, 48 spesies reptil, dan 17 spesies ikan.
Lebih pentingnya lagi, temuan ini mencakup beberapa spesies yang termasuk dalam daftar Critically Endangered or Endangered (Terancam Kritis atau Genting) dari International Union for Conservation of Nature (IUCN) (Trenggiling, Surili, dan Kukang Jawa).
Oleh karena itu, kata dia, sesuai dengan misi PT PLN (Persero) menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan dan mendukung Sustainable Development Goals (SDGs) tujuan ke-15, Ekosistem Daratan, PLN UIP JBT melakukan rangkaian kegiatan konservasi hutan di daerah tangkapan air PLTA UCPS dan sekitarnya.
Kegiatan konservasi hutan ini meliputi pelaksanaan kegiatan reboisasi/penanaman, pengelolaan hutan (pemeliharaan tanaman, pengaturan jenis tanaman untuk mendukung catchment area, monitoring kawasan hutan, dan pengelolaan keanekaragaman hayati.
Sementara, menurut Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP), Hageng S Nugroho, dimulainya pembangunan PLTA ini merupakan bentuk konkret aksi Indonesia dalam mendukung Energy Transition Mechanism (ETM). Sekaligus pencapaian target bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) sebesar 23 persen di tahun 2025 untuk menunjang pembangunan rendah karbon.
Hal tersebut, kata dia, menjadi selaras dengan komitmen PLN untuk memimpin transisi energi menuju energi yang lebih hijau. Tercatat dalam RUPTL PLN, komposisi penambahan pembangkit EBT mencapai 20,9 Giga Watt (GW) dari 40,6 GW total penambahan pembangkit baru atau sekitar 51,6 persen total penambahan kapasitas pembangkit PLN.
“Bapak Presiden mengingatkan bahwa Proyek PSN harap dipercepat penyelesaiannya dan dipantau progresnya. Kantor Staf Presiden akan terus mendukung dan mengawal proyek ini karena proyek ini termasuk Proyek Strategis Nasional dan menjadi tugas KSP untuk terus mengawal PSN,” papar Hageng.[mga]