WahanaNews - Maluku | PT PLN mencatat adanya penurunan pasokan batubara di tengah peningkatan demand listrik. Jika kondisi ini berlarut-larut PLN mengakui potensi krisis batubara bisa kembali terulang.
Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo mengatakan, jika melihat selama 2021 stock pile batubara PLN berada di bawah level aman di mana berada di kisaran 2,2 juta MT hingga 3,7 juta MT.
Baca Juga:
PLN Siap Wujudkan Target 75 GW Pembangkit EBT 2040 Lewat Kolaborasi Swasta
Melalui usaha dari Menteri ESDM dan Komisi VII dengan adanya perubahan kebijakan yang lebih memaksa (enforce), berhasil menunjukkan perbaikan stock pile yang lebih baik di Januari 2022.
Berdasarkan data yang disajikan PLN, pada Januari 2022 saat awal periode recovery krisis, stok batubara mulai pulih dan naik menjadi 4,4 juta MT.
Hal ini berlanjut pada periode Februari hingga Juni 2022 yang meningkat di kisaran 5,1 juta MT hingga 5,7 juta MT. Level stok ini diakui Darmawan jauh lebih membaik dibandingkan dengan tahun 2021.
Baca Juga:
PLN Siap Wujudkan Target 75 GW Pembangkit EBT 2040 Lewat Kolaborasi Swasta
"Namun, kalau melihat bahwa dengan disparitas harga tinggi sekali membuat tren stock pile batubara di PLN semakin turun inilah yang kami deteksi bahwa beberapa pasokan juga semakin menurun,” ujar Darmawan dalam Rapat Kerja bersama Komisi VII DPR RI bersama Kementerian ESDM dan PLN, Selasa (9/8/2022).
Tren turunnya stok batubara ke PLN ini diiringi dengan kondisi perekonomian dan usaha PLN meningkatkan permintaan (demand) listrik yaitu ada peningkatan sebesar 5,3 TWH on top dari yang sudah diprediksi. Untuk itu, PLN membutuhkan tambahan pasokan batubara sebesar 7,7 juta MT untuk mengatasi pertumbuhannya demand.
“Dan dalam proses itu kami lakukan renegoisasi dengan IPP dari yang tadinya kami harus menghadapi oversupply kami berhasil memundurkannya sehingga dapat menurunkan produksi listrik dengan IPP yang otomatis juga menurunkan take or pay kami diiringi peningkatan utilisasi pembangkit. Maka kami ada penambahan 7,7 juta MT,” terangnya.
Untuk itu, lanjut Darmawan, dari Kementerian ESDM memberikan penugasan dari Januari sampai bulan ini tambahan pasokan yaitu sebesar 31,8 juta MT di mana dari penugasan tersebut efektivitas atau success rate yang sudah tercapai sekitar 45% yaitu 14,3 juta MT yang sudah berkontrak dari tambahan tersebut.
Lewat penambahan itu, pihaknya melihat bahwa kondisi stock pile batubara masih berada di level aman, berbeda dengan kondisi tahun lalu. Namun sayang, saat ini terjadi tren penurunan stock batubara PLN.
“Artinya kalo kondisi ini dibiarkan berlarut-larut maka kondisi yang tadinya aman bisa bergeser jadi kondisi krisis kembali,” ujarnya.
Darmawan menegaskan, bahwa pembentukan badan layanan umum (BLU) batubara merupakan solusi permanen untuk mengatasi persoalan yang terjadi saat ini dan juga di masa yang akan datang.
Dia memaparkan, kebutuhan batubara dari tahun ke tahun terus mengalami tren peningkatan permintaan. Di 2023, Darmawan menjelaskan, dalam proses pengadaan batubara pihaknya memperhitungkan dari kebutuhan batubara yang sebelumnya 130 juta MT akan naik menjadi 135 juta MT.
Kemudian pada 2030 mendatang kebutuhan akan meningkat lagi hingga 155 juta MT hingga 160 juta MT. Lewat prediksi ini, tercermin bahwa tren konsumsi batubara untuk kebutuhan kelistrikan semakin meningkat.
Tidak hanya ada peningkatan dari pasar domestik saja, permintaan batubara juga tetap menjadi primadona di pasar luar negeri. Misalnya saja, konsumsi batubara di China juga mengalami tren kenaikan karena adanya peningkatan kapasitas pembangkit batubara yang akan terus berlanjut hingga 2025.
Adapun di negara lain seperti Jerman dan Belanda, mereka mulai mengaktivasi kembali pembangkit batubara karena ada kekurangan pasokan gas untuk menghadapi musim dingin. Alhasil, permintaan batubara di pasar dunia juga semakin meningkat.
“Dengan kondisi seperti ini kondisi pasokan batubara dunia relatif konstan dan demand naik maka harga batubara sangat tinggi akan terus berlanjut sampai beberapa tahun mendatang,” terangnya.[mga]