“Transisi energi tidak terbatas pada pembangkit EBT, tetapi memastikan seluruh ekosistemnya siap, mulai dari pembangkitan, transmisi, dan distribusi, melalui implementasi smart grid,” ujar Daniel.
Ia menjelaskan bahwa teknologi smart grid akan menjadi enabler utama dalam mengatasi inherent risk atas karakter intermitensi dari variable renewable energy (VRE). Smart Grid merupakan sistem kelistrikan modern yang memanfaatkan sistem informasi dan digital sehingga menjadikannya lebih fleksibel, responsif, dan dapat meningkatkan bauran EBT secara lebih optimal dengan tetap menjaga tingkat keandalan dan efisiensi operasi sistem.
Baca Juga:
PLN Apresiasi Pelanggan Sektor Industri, Sukses Dorong Ekonomi Hijau Nasional
Tak hanya itu, PLN juga terus mendorong pengembangan infrastruktur green enabling transmission line sepanjang 47.758 kilometer sirkuit (kms) seperti yang tertuang dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025–2034. Transmisi hijau ini dirancang untuk mengatasi ketidaksesuaian atau mismatch antara lokasi pembangkit EBT dengan pusat-pusat permintaan listrik dan kawasan industri lintas kepulauan.
“Mismatch ini memang menjadi salah satu tantangan utama di Indonesia sebagai negara kepulauan. Namun, dengan riset yang mendalam, kita dapat menghadirkan teknologi dan inovasi terapan yang adaptif dan berkelanjutan,” tutup Daniel.
[ADV/Redaktur: Frans Dhena]
Baca Juga:
Inovasi Desalinasi PLN Buka Akses Air Bersih di Pulau Barrang Lompo Sulsel
Sekilas Tentang PLN
PT PLN (Persero) adalah BUMN kelistrikan yang terus berkomitmen dan berinovasi dalam memberikan pelayanan terbaik bagi pelanggan. PLN mengusung agenda Transformasi 2.0 dengan visi menjadi Top 500 Global Company dan menjadi pilihan nomor 1 bagi pelanggan untuk Solusi Energi melalui upaya pertumbuhan usaha, implementasi digitalisasi secara end to end, menjalankan transisi energi untuk mendukung tercapainya Net Zero Emissions (NZE), serta menghadirkan proses bisnis dengan SDM berkelas dunia.