Hal ini dapat dilihat pada malam hari lampu-lampu di pinggir lautan Erie menyala berjejeran untuk merayakan musim timba puri oleh nelayan. Lautan telah menjadi Sumber Daya Alam paling penting bagi orang-orang Erie, yang tinggal di pesisir teluk Ambon. Lautan masih memberikan tempat bagi mereka menemukan nafkah demi kelangsungan hidup sepanjang hari.
Teluk Ambon adalah teluk yang penuh dengan romantisme sejarah keindahannya. Selain kemeriahan kapal-kapal perdagangan rempah di abad kolonial, keindahan lainnya adalah menyaksikan lampu-lampu di pinggir pantai Erie, menyala berjejeran di atas perahu nelayan penimba puri.
Baca Juga:
Pemerintah Maluku Gelar Pasar Murah Jelang Natal dan Tahun Baru
Kebiasaan masyarakat Erie yang sudah ada sejak dulu adalah membakar api dari daun enau kering yang diikat di atas perahu dan membawa “siru-siru” yang akan dipakai untuk alat timba puri.
Pada saat itu, kawanan ikan puri selalu ada setiap hari, setiap bulan dan tahun, sehingga nelayan-nelayan di kampung bisa menimbanya kapan pun, saat cuaca dalam teluk Ambon sedang teduh. Ikan puri akan diambil secukupnya, digunakan sebagai umpan, diolah menjadi makanan dan dijual bagi masyarakat di kampung, hingga pasar.
Raja Negeri Nusaniwe, Gunther de Soysa mengatakan selaku pimpinan, festival yang mengangkat tradisi timba puri di Dusun Erie ini sangat menyambut positif dan merespons dengan baik.
Baca Juga:
Umat Lintas Agama di Kota Ambon, Sambut Prosesi Arca Kristus Raja Semesta Alam
Gunther berharap, festival timba puri terus dikembangkan agar dapat mendorong pariwisata-pariwisata yang ada di Kota Ambon, maupun Provinsi Maluku.
“Ke depan, tujuan saya memang ingin meningkatkan potensi yang ada di negeri ini menjadi negeri berbasis wisata. Sehingga kegiatan berupa festival timba puri ini akan sangat mendukung dan memberi dampak baik,” ucap Raja Nusaniwe.[zbr/antara]