Anggota Rapala berfungsi menjadi jejaring informasi ketika terjadi kecelakaan kapal maupun saat ada kejahatan di laut. Mereka kerap berkomunikasi menggunakan grup WhatsApp Rapala.
Dari grup tersebut mereka juga mendapat informasi prakiraan cuaca dan tinggi gelombang laut dari Bakamla Zona Maritim Timur. Informasi itu sangat penting untuk nelayan-nelayan kecil agar berhati-hati saat bekerja karena cukup sering terjadi nelayan hilang arah di laut ketika nekad mencari ikan saat cuaca ekstrem.
Baca Juga:
4.000 Prajurit TNI Kena Sanksi Akibat Terlibat Judi Online
Sebanyak 30 anggota Rapala tidak hanya berperan penting memberikan informasi kepada Bakamla dan instansi terkait lainnya, karena mereka juga dilatih teknik dasar penyelamatan korban kecelakaan. Menurut Pieter, ilmu itu sangat bermanfaat untuk menolong sesama nelayan apabila terjadi kecelakaan di laut.
Dan semua itu mereka lakukan dengan sukarela karena sebagai anggota Rapala tidak mendapat gaji maupun honor. Kebanggaan sebagai anggota Rapala adalah bisa berkontribusi untuk menjaga laut yang menjadi sumber penghidupan mereka.
Selain itu, dengan bersatunya nelayan dalam sebuah wadah organisasi akan membuat posisi tawar mereka lebih kuat.
Baca Juga:
Kepala Zona Bakamla Tengah Laksanakan Courtesy Call ke Mapolda Sulsel
Melalui Rapala nelayan bisa menyuarakan kepentingan untuk meningkatkan kapasitas nelayan-nelayan kecil di Ambon. Seperti saat ini nelayan-nelayan kapal tonda di Ambon kesulitan melaut karena Pemerintah Kota Ambon membatasi penjualan bahan bakar minyak di pangkalan-pangkalan.
Padahal sedikitnya 35 kapal tonda di Kecamatan Nusaniwe, yang merupakan tempat anggota-anggota Rapala berasal, sangat mengandalkan minyak tanah sebagai bahan bakar kapal untuk melaut.
Rapala Teladan