Untuk itu, lanjut Darmawan, dari Kementerian ESDM memberikan penugasan dari Januari sampai bulan ini tambahan pasokan yaitu sebesar 31,8 juta MT di mana dari penugasan tersebut efektivitas atau success rate yang sudah tercapai sekitar 45% yaitu 14,3 juta MT yang sudah berkontrak dari tambahan tersebut.
Lewat penambahan itu, pihaknya melihat bahwa kondisi stock pile batubara masih berada di level aman, berbeda dengan kondisi tahun lalu. Namun sayang, saat ini terjadi tren penurunan stock batubara PLN.
Baca Juga:
PLN Siap Wujudkan Target 75 GW Pembangkit EBT 2040 Lewat Kolaborasi Swasta
“Artinya kalo kondisi ini dibiarkan berlarut-larut maka kondisi yang tadinya aman bisa bergeser jadi kondisi krisis kembali,” ujarnya.
Darmawan menegaskan, bahwa pembentukan badan layanan umum (BLU) batubara merupakan solusi permanen untuk mengatasi persoalan yang terjadi saat ini dan juga di masa yang akan datang.
Dia memaparkan, kebutuhan batubara dari tahun ke tahun terus mengalami tren peningkatan permintaan. Di 2023, Darmawan menjelaskan, dalam proses pengadaan batubara pihaknya memperhitungkan dari kebutuhan batubara yang sebelumnya 130 juta MT akan naik menjadi 135 juta MT.
Baca Juga:
PLN Siap Wujudkan Target 75 GW Pembangkit EBT 2040 Lewat Kolaborasi Swasta
Kemudian pada 2030 mendatang kebutuhan akan meningkat lagi hingga 155 juta MT hingga 160 juta MT. Lewat prediksi ini, tercermin bahwa tren konsumsi batubara untuk kebutuhan kelistrikan semakin meningkat.
Tidak hanya ada peningkatan dari pasar domestik saja, permintaan batubara juga tetap menjadi primadona di pasar luar negeri. Misalnya saja, konsumsi batubara di China juga mengalami tren kenaikan karena adanya peningkatan kapasitas pembangkit batubara yang akan terus berlanjut hingga 2025.
Adapun di negara lain seperti Jerman dan Belanda, mereka mulai mengaktivasi kembali pembangkit batubara karena ada kekurangan pasokan gas untuk menghadapi musim dingin. Alhasil, permintaan batubara di pasar dunia juga semakin meningkat.