WahanaNews-Maluku | Kendati cuaca siang itu cukup terik, keberadaan dua pohon beringin yang amat rimbun membuat udara di sekitar Benteng Amsterdam di pinggir Pantai Negeri Hila, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku, tetap sejuk.
Angin yang berembus sepoi-sepoi membuat pengunjung betah dan nyaman untuk duduk santai menikmati benteng peninggalan Belanda yang berlokasi di perbatasan Negeri Hila dan Negeri Kaitetu, Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah, atau sekitar 42 kilometer perjalanan darat dari Kota Ambon, Maluku.
Baca Juga:
AJI Ambon Kecam Pengeroyokan Terhadap Jurnalis TribunAmbon Saat Meliput Insiden Truk Beras
Pemandangan pantai dengan laut hijau tosca yang tenang serta perbukitan Pulau Seram di depannya menjadi salah satu suguhan keindahan alam Maluku yang memesona sebagai bonus saat berkunjung ke Benteng Amsterdam.
Bangunan tinggi berwarna putih yang sudah berusia ratusan tahun itu merupakan benteng kedua yang dibangun Belanda, saksi penguasaan kongsi dagang Vereenigde Oost Indische Compagnie (VOC) yang berkembang dan memonopoli perdagangan rempah di kawasan Asia ketika itu.
Pada awalnya Benteng Amsterdam dibangun Portugis pada 1512 yang dipimpin oleh Fransisco Serrao sebagai loji atau gudang tempat menyimpan rempah pala dan cengkih. Kemudian pada 1605 Belanda mengambil alih dan mengubahnya menjadi benteng.
Baca Juga:
Capaian Program Electrifying Marine PT PLN (Persero) Tahun 2023: Pertambahan 4.799 Pelanggan
Konstruksi bangunan benteng berbentuk bangunan segi empat terdiri atas tiga lantai. Lantai dasar dibuat dari batu merah dan lantai dua serta tiga dari kayu dengan akses tangga kayu untuk ke atas.
Pada setiap sisi bangunan terdapat jendela dan di lantai satu tepat setelah pintu masuk terdapat prasasti dengan lambang Departemen Pendidikan dan Kebudayaan bertuliskan Benteng Amsterdam mulai dibangun oleh Gerrard Demmer pada 1642.
Di ujung bangunan terdapat sebuah menara pengintai dan lantai tiga digunakan sebagai pos pemantau.