Sementara atap benteng berbentuk limas dari seng dan di sekeliling bangunan terdapat pagar dari beton.
Karena bangunan sempat rusak pada 1991, pemerintah ketika itu melalui Departemen Pendidikan dan Kebudayaan melakukan pemugaran mengacu kepada gambar dalam buku Beschreiving van Ambonian karya Francois Valantyn.
Baca Juga:
Pemkot Ambon Tetapkan 10 Proyek Strategis untuk Pembangunan 2025
Secara umum kondisi benteng cukup terawat dan amat strategis menjadi salah satu rujukan wisata sejarah di Maluku.
Tak hanya itu pengunjung akan mendapatkan bonus menikmati keindahan Pantai Hila dengan laut yang tenang dan dari kejauhan akan terlihat Pulau Seram, tepat di depannya.
Benteng Amsterdam adalah saksi bagaimana komoditas rempah membuat bangsa Eropa menjadikan daerah ini sebagai tujuan menjalankan misi 3G, yaitu gold atau mencari kekayaan dengan berdagang, glory atau mencari kejayaan dengan memperluas daerah jajahan dan gospel atau penyebaran agama.
Baca Juga:
PLN Siagakan Petugas, Wali Kota Ambon Dukung Keandalan Listrik Selama Lebaran
Setelah mengetahui Maluku sebagai kepulauan asal rempah yang merupakan komoditas mahal di Eropa, Portugis langsung ke Maluku.
Di Negeri Hila mereka mendirikan gudang sekaligus pertahanan sebagai perlindungan dari serangan masyarakat pribumi.
Namun lama kelamaan masyarakat Ambon merasa dirugikan oleh keserakahan Portugis memperoleh keuntungan atas rempah-rempah di Nusantara. Akhirnya hingga pengujung abad ke-16, rakyat Maluku melakukan perlawanan terhadap Portugis.